Analisis Drama Kampung Kardus
ANALISIS DRAMA
Anggota :
1. Alvina Artameisya W
2. Aprilia Wahyuni
Judul Drama : Kampung Kardus
Penampil : Teater Dza Izza
Tokoh Utama :
1. Siti
2. Mboh Rahmi
3. Denok
4. Neneng
5. Mbok IJah
6. Surti
7. Antok
8. Rukmini
9. Carik
10. Lurah
11. Kontraktor
NO. |
ASPEK |
1. |
Isi Drama Drama “Kampung Kardus” menceritakan tentang sebuah kampung yang akan digusur untuk dijadikan perumahan elit. Tetapi uang yang dijanjikan oleh kontraktor Tidak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh carik dan lurah kepada warga kampung kardus. Uang gusuran yang dijanjikan oleh kontraktor sebesar Rp. 500.000, yang dikatakan carik dan lurah sebesar Rp.50.000. Warga di kampung tersebut menolak dikarena kan uang yang dijanjikan terlalu kecil sehingga tidak mecukupi kehidupan sehari-hari. Warga kampung kardus mengadakan demo di depan kontraktor, lurah, dan carik. Kontraktor terkejut saat tahu uang yang dijanjikan tidak seperti yang dibilang lurah dan carik kepada warga. Kontraktor kesal dan membawa lurah dan carik ke kantor polisi.
Unsur Interinsik a. Gaya Bahasa Dalam drama ini mengunnakan majas : · Majas metonomia ini menyatakan suatu hal dengan memakai kata lain yang punya keterkaitan. Contoh teks di drama “Kampung Kardus” Orang 2 : Walah memang kamu nya saja yang menel · Majas hiperbola adalah majas yang menggunakan ungkapan yang berlebihan dan tidak masuk akal. Contoh teks di drama “Kampung Kardus” Orang 2 : Pokoknya aku tidak mau pergi dari tempat ini. Titik. Sampai darah penghabisan.
b. Amanat Setelah menonton drama “Kampung Kardus”, amanat yang dapat kami ambil adalah: · Hidup bukan hanya semata untuk mengejar harta. · Jangan terlalu mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan Bersama. · Keserakahan akan merugikan diri sendiri dan sesama. · Untuk mencapai kesuksesan memang banyak pengorbanan yang dilakukan. Akan tetapi, ujung dari sebuah usaha dan doa adalah takdir.
c. Tema Tema dari drama ini adalah kehidupan sosial pada kaum pinggiran, yaitu kehidupan para warga kampung kardus.
d. Alur Alur dari drama ‘Kampung Kardus” adalah alur maju. Adapun struktur dalam drama “Kampung Kardus” adalah sebagai berikut : · Eksposisi, yaitu pengenalan tokoh-tokoh dan masalahnya. Tahap eksposisi dalam drama “Kampung Kardus”, yaitu ketika Siti berpamitan kepada si Mbok untuk pergi kesekolah. Dan munculnya pemeran-pemeran lainnya. · Konflik, yaitu mulai munculnya masalah yang ditunjukan dengan adegan Ketika kontraktor mulai meminta tempat untuk Pembangunan proyek baru pada lurah, sehingga lurah memilih kampung kardus itu untuk digusur. · Komplikasi, yaitu pemuncakan masalah yang ditunjukan. Adegan yang menunjukan komplikasi ini ialah Ketika warga mengadakan demo di depan kontraktor, lurah, dan carik agar menaikan harga uang gusuran.. · Resolusi, yaitu penyelesaian dalam cerita. Dalam drama “Kampung Kardus” resolusi nya terdapat saat kontraktor mengetahui niat buruk lurah dan carik yang mengurangi uang gusuran. Kontraktor akhirnya membawa lurah dan carik ke kantor polisi, sementara kontraktor bernegoisasi dengan warga agar dapat mengusur kampung tersebut dengan uang gusuran yang ia janjikan sebelumnya. Warga kampung kardus setuju.
e. Latar Terdapat tiga jenis latar yang dapat kami ambil dari drama “Kampung Kardus”, sebagai berikut: · Latar waktu : pada siang hari · Latar Tempat : permukiman kampung kardus · Latar suasana : menegangkan
f. Penokohan Berdasarkan perannya diklasifikasikan menjadi 3 : · Antagonis, tokoh utama berperilaku jahat. Dalam drama ini yang menjadi tokoh antagonisnya adalah Siti dan Pak lurah. · Protagonis, tokoh utama yang berperilaku baik. Protagonis dalam drama ini adalah Bu Ijah. · Tritagonis, tokoh pembantu. Tritagonis dalam drama ini adalah Denok, Ibu Denok, Surti dan Neneng, Serta Pak Paijo dan Istrinya. Berdasarkan fungsinya diklasifikasikan menjadi 3 : · Sentral, sebagai penentu gerakan alur cerita. Dalam drama ini dibawakan oleh Siti · Utama, sebagai pendukung tokoh antagonis atau protagonis. Dalam drama ini adalah Pak Lurah dan Ibu Siti · Tokoh pembantu, sebagai pelengkap penderita dalam alur cerita. Di dalam drama ini adalah Denok, Ibu Denok, Surti dan Neneng, serta Pak Pijo dan Iatrinya
g. Dialog Ada dua macam teknik dialog yang digunakan dalam drama ini, yaitu monolog dan konversi (percakapan). Ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog dan epilog. Prolog dalam drama ini, disajikan dalam bentuk gerak dan lagu berupa gambaran tentang warga kampung kardus. Epilog merupakan bagian penutup pada karya drama untuk menyampaikan karya drama tersebut. Dalam drama ini berupa kisah akhir dari cerita yang berupa luapan perasaan bersalahnya Siti, kesedihan Denok dan kewarasan Surti yang hilang. Drama ini menggunakan prolog dan epilog yang dikemas secara menarik.
h. Konflik · Pertentangan dimulai Ketika seorang kontruktor dating ke kampung kardus dan hendak membangun kampung kardus menjadi perumahan elit. Tetapi warga kampung kardus menolak gusuran tersebut. · Penyebab konflik tersebut dikarenakan warga kampung kardus merasa bahwa uang gusuran tidak mencukupi kehidupan warga dan dirasa belum sesuai dengan yang diharapkann warga karena kecurangan yang dilakukan oleh lurah dan carik. · Konflik terjadi karena curah dan larik berniat buruk untuk mengurangi harga uang gusuran untuk mereka gunakan untuk kepentingan pribadi. Uang gusuran yang awalnya Rp. 500.000 menjadi Rp. 50.000 untuk diberikan kepada warga. · Akibat dari konflik tersebut ialah niat buruk carik dan lurah ketahuan oleh kontraktor. Kontraktor mencap carik dan lurah sebagai bibit-bibit koruptor dan membawa mereka ke kantor polisi. |
|
|
2. |
Tanggapan terhadap isi Tanggapan terhadap isi dari kami bahwa dari drama “Kampung Kardus” kami menyadari bahwa korupsi merupakan tingkah laku yang buruk dan juga sangat merugikan banyak pihak. Dari drama “Kampung Kardus” kami dapat memahami banyak hal, selain dari isi nya yang menarik, cerita dan alurnya sangat jelas. Dan hal lain yang kami sadari dari drama “Kampung Kardus” bahwa pentingnya Pendidikan agar tidak mudah ditipu dengan orang lain. Tidak adanya Pendidikan akan menyusahkan dan menyengsarakan diri sendiri. |
3. |
Tanggapan terhadap aspek penunjang pentas a. Tata panggung Tata panggung dalam drama “Kampung Kardus” menggunakan property seperti rumah-rumahan, kardus bekas, karung pemulung, botol-botol bekas, kaleng bekas, kursi Panjang, bakul tempat sayuran, koper, bambu, dll. Dengan adanya property tersebut menjadikan sebuah panggung seperti kampung yang sangat kumuh sunguhan. Dan pencahayaan di panggung sanngat mendukung suasana dalam drama tersebut. Panggung dibuat sesederhana mungkin tetapi tidak mengurangi kesesuaian dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tata rias Mereka mengambil tema yang latar belakangnya tempat pemukiman yang kumuh. Oleh sebab itu mereka mengunakan kostum yang terlihat seperti pemulung yang tinggal di pemukiman kumuh karena peran mereka sebagai pemulung dalam drama tersebut. Dan juga merias muka sesederhana mungkin agar sesuai dengan peran yang mereka mainkan. Koatum dan tata rias tersebut cocok untuk mereka tampilkan sebagai peran mereka masing-masing dalam drama “Kampung Kardus”.
c. Gerakan pemain Yang kami lihat dari gerakan para pemeran, mereka sangatr emosional yang menjadikan mereka seolah-olah seperti warga yang mengalami ketidakadilan tersebut. Mereka sangat mendalami peran yang mereka mainkan.
d. Dialog · Neneng : (membacakan surat) dek surti yang cantik… lama banget kakang ndak pernah kasih kabar sama adek. Gimana kabarnya sekarang dek? Surti : Baik kang, bagaimana kabarnya Kang Samsul? · Surti : (merebut surat kemudian merobeknya) kamu jahat kakang, kamu tidak setia (menangis sambil exit) Orang 1 : ada apa toh? Kamu nakalin Surti poh neng?
e. Penyampaian Para pemeran yang menjadi peran dalam drama harus jelas dalam menyampaikan. Dalam drama “Kampung Kardus”, para pemain sudah sangat cukup jelas dalam menyampaikan, sehingga memudahkan kami dalam memahami alur drama tersebut. Mulai dari intonasi nada saat menyampaikan, sesuai dengan peran yang mereka mainkan.
|
|
4. Nilai- nilai dalam drama a. Agama Dalam drama “Kampung Kardus” ini nilai keagamaanya mengajarkan kita untuk tidak korupsi dan mensyukuri apa yang kita punya.
b. Moral Banyak pemimpin yang melakukan korupsi dan merugikan masyarakat sekitar
c. Budaya Banyak warga kampung kardus yang tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya, anak tersebut akan putus sekolah dan akan membantu menambah penghasilan keluarganya dengan memulung sampah di sekitar wilayah mereka. Namun Denok tidak ingin nasibnya hanya hidup mencari sampah seumur hidup, sehingga dia memutuskan pergi dari kampung tersebut untuk mengubah hidupnya.
d. Sosial Kekompakan masyarakat kampung kardus untuk melakukan demo agar kampung mereka tidak di gusur. Siti membantu masyarakat untuk bernegosiasi dengan lurah dan carik agar uang gususan dinaikan. Keterkaitan dengan nilai-nilai zaman sekarang Korupsi sudah ada sejak dahulu hingga sekarang. Nilai-nilai dalam drama ini untuk mengajarkan kita sebagai penerus bangsa untuk selalu berbuat jujur. Apalagi jika kita menjadi seorang pemimpin.
6. Kesimpulan Secara keseluruhan drama ini meceritakan warga kampung kardus yang ratarata perkerjaanya sebagai pemulung. Suatu ketika, datang kabar bahwa kampung kardus inggin digusur. Lurah dan carik berniat untuk mengurangi uang gusuran untuk masyarakat untuk mereka gunakan sendiri. Warga kampung kardus menolak. Dan akhirnya niat buruk mereka ketahuan oleh kontraktor. Mereka dimasukkan penjara, dan warga setuju kampung kardus digusur dengan uang yang cukup. Drama ini sangat direkomendasikan untuk ditonton karena drama ini sangat realitis, terdapat disekitar kita, Setelah menonton drama ini kita dapat memahami banyak makna tersirat dan drama ini seperti sindiran untuk para pemimpin yang masih memikirkan kepentingan pribadi diatas kepentingan bersama. |
Komentar
Posting Komentar