RESENSI KISAH MUNG DAN AREN YANG DIPERTEMUKAN KEMBALI
Kisah Mung dan Aren yang dipertemukan kembali dalam novel Mung karya Wiliah Jumiati oleh Alvina Artameisya XI IPS 1
|
|
|
|
A. Identitas Novel
· Judul novel : Mung
· Penulis novel : Wiliyah Jumiati
· Tebal novel : 268
· Penerbit : RD Publisher
· Tahun terakhir terbit : 2021
· Cetakan ke : Pertama
A. Sinopsis
Namanya Munggaran, panggil saja mung. Cowok yang berparas tampan yang suka sekali membuat syair-syair puitis dan bikin semua cewek ingin menjadi pacarnya. Selain pintar membuat syair-syair puisi, Mung juga sangat pintar dalam memikat para cewek-cewek di sekolahnya, oleh karena itu dia menjadi idola nya para cewek-cewek disekolahnya.
Namanya Aren, adik kelas nya Mung yang sempat dikerjai habis-habisan dengan Mung saat MOS SMP. Tidak disangka saat memasuki SMA, Aren bertemu lagi dengan Mung. Tapi dia tidak menyadari bahwa kakak kelas yang mengerjai dia habis-habisan saat MOS SMP adalah Mung.
Aren berbeda dengan cewek-cewek lainnya di sekolahnnya. Yang sangat mengidolakan Mung. Tetapi di mata Aren, Mung hanyalah cowok menjahilkan, tukang bercanda, dan sangat menyebalkan. Mung sangat tertarik dengan sikap Aren yang begitu berbeda dengan cewek-cewek lainnya. Dia melakukan berbagai cara agar dekat dengan Aren. Apakah pererjuangannya itu sia-sia atau malah Aren luluh dengan kelakuan Mung?
B. Unsur Interinsik
1. Tema
Novel ini bertema kan kisah perjuangan percintaan Mung dan Aren.
2. Alur
Alur dalam cerita novel Mung mengambil alur maju dan alur mundur atau campuran.
· Alur maju : “Sebelum Aren Kembali ke Semarang seminggu lagi, dia memang memilih untuk menghabiskan waktu menikmati pigura foto dan kenangan di rumahnya yang lama. Sedih melihat gambar-gambar Papa yang tersenyum hangat dan menggendong dirinya yang masih kecil dalam binar Bahagia. Waktu itu semuanya begitu indah.” (Mung,105).
· Alur mundur : “Ketika kelas enam Sekolah Dasar, buku PR Aren tertinggal dan di dalamnya itu berisi banyak Latihan yang bisa jadi sumber nilai untuk membantu kelulusan. Padahal waktu itu papanya ketinggalan pesawat, tapi demi seorang putri kecil yang sangat dicintai, beliau rela mengantarkan Aren kecil ke sekolah untuk menggambil buku dan akhirnya membeli tiket baru.” (Mung,106).
3. Gaya Bahasa
· Majas Asosiasi : “Aren berdiri di depan jendela untuk menikmati gemerciknya yang kian menitnya terasa menenggelamkan pikiran dalam berjuta kenangan masa lampau.” (Mung,105)
· Majas Metafora : “Aren yang melihat kantin sangat ramai agak terkejut. Setelah mengalami drama panjang akibat tipuan Mung tadi, Aren akhirnya menemukan kelasnya dan sekarang sudah berteman baik dengan Irfa-perempuan berkacamata yang sangat pintar, tapi terkenal sebagai seorang kutu buku dan sangat pelupa.” (Mung,11)
· Majas Alegori : “Jangan menghidupkan air yang tenang dengan menanamkan api di dalamnya, karena tak ada luka yang lebih parah dari amarah api yang meluap dalam ketenangan dan memanah tanah.” (Mung,72)
4. Latar
· Latar Tempat :
Ø Lapangan Basket : “sore ini, di lapangaan basket, tibalah acara puncak yang ditunggu-tunggu setiap orang” (Mung,3)
Ø Kantin : “Ris, coba dah lo nyanyi sambil joget cacing biar bagusan dikit tuh lagu, omel Mung yang nongkrong di kantin.” (Mung,10)
Ø Kolam renang : “Mung sedang duduk di pinggiran kolam renang sambil melihat langit malam” (Mung,42)
Ø Parkiran sekolah : “Aren sudah siap untuk meninggalkan tempat parker sebelum sebuah suara menghentikannya.” (Mung,69)
Dan lain-lain seperti Pantai, rumah Aren, rumah Mung, gunung, kampus, rumah sakit.
· Latar Suasana
Ø Heboh : “Mung tersenyum hangat kepada Momon dan hal itu membuat Momon mimisan hingga pingsan, seluruh lapangan menjadi heboh” (Mung, 15)
Ø Gugup : “Hal itu membuat Aren sedikit tenang meskipun rasa gugup masih terlihat jelas di mimiknya.” (Mung,39)
Ø Sedih : “ Kinar yang melihat anak sulung kembarnya itu terlihat sedih, mencoba menghampiri Mung dan duduk di sebelahnya.” (Mung, 80)
Dan lain-lain seperti bahagia, romantis, menegangkan, mengharukan.
· Latar Waktu
Ø Sore : “Mung menikmati sore ini bersama orang yang dia sayang.” (Mung,56)
Ø Pagi : “Paginya, mereka menikmati sunrise yang begitu indah menghadap Gunung Merapi dengan pikiran tenang seolah semua bebannya terangkat.” (Mung,88)
Dan lain lain.
5. Penokohan
· Mung : Ramah, humoris, friendly, terkenal, memiliki banyak teman, tampan, seorang puitis
· Aren : Pendiam, sabar, tidak suka dipermainkan, penyayang, baik
· Meyra : Adik mung, cerewet, suka menghibur
· Iqal : Ayah Mung, suka melawak, humoris, perhatian dengan mung, baik, lucu
· Kinar : Ibu Mung, sabar, baik, dapat mencairkan suasana
· Fariz : Kawan Mung, suka melawak, manis, pintar menyanyi dan dance
· Diat : Kawang Mung, suka melawak, cool, pintar menyanyi dan dance
· Irfa : Kawan Aren, peduli, cantik, pendiam, kutu buku
· Pak Bambang : Guru Mung, dekat dengan keluarga Mung, disiplin
· Mama Sarah : Ibu Aren, baik, ramah, perhatian
· Mumun : Pengemar Mung, setia dengan Mung, mudah baper
· Hafis : Kawan Aren, pendiam, memendam masalahnya sendiri, suka menyakiti diri sendiri, suka menganggu Aren
· Ranuk : Kawan Aren, baik, pemberi solusi ketika Aren kesulitan, peduli
6. Sudut Pandang
Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga, salah satu cara penceritaan di mana penulis atau pencerita berada di luar cerita dan menyebutkan tokoh dengan nama-nama mereka atau kata ganti orang ketiga (dia atau mereka) :
“Namanya Munggaran. Panggil saja Mung, jangan Garan. Karena menurutnya seperti sebutan garam, gara, galon dan entah apalah itu, yang jelas dia senangnya dipanggil Mung.” (Mung,2)
7. Amanat
Amanat yang dapat saya ambil setelah membaca novel “Mung” ini ialah jangan mengambil keputusan terlalu cepat dan usahakan kita tau apa dampak dari keputusan yang kita ambil. Jangan sampai keputusan tersebut malah merugikan diri kita sendiri dan orang lain. Penyesalan itu selalu datang di akhir. Dan jangan telat untuk mengungkapkan, jangan dipendam.
C. Unsur Ekstrinsik
1. Latar Belakang penulis
Wiliyah Jumiati, anak Kedua dari tiga bersaudara. Sering dipanggil Bebek Karena menyukai boneka yang berbau warna kuning itu. Lahir di Bengkulu pada 17 September, tahunnya tebak sendiri, hehe. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester lima di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Bengkulu. Penyuka Kecap yang tidak tahan pedas, Suka seblak pakai Kecap, seorang makhluk penikmat senja, kopi dan lagu-lagu Amingdala, Pamungkas, Banda Neira. Selain memiliki hobi yang berhubungan dengan dunia pena, ia juga memiliki hobi storytelling dan bercita-cita menjadi seorang dosen dan guru Bahasa Indonesia. Banyak mimpi besar yang ingin ia capai melalui menulis, ia harap bisa menjadikan ladang Keberkahan dengan menuangkan imajinasi serta dapat menginspirasi banyak orang meski sadar tulisannya masih banyak kekurangan. Dia ingin sekali ke NTT melihat perkembangan pendidikan dan menjelajahi alam sekitar. Berharap setelah tamat kuliah bisa mendaki Mahameru bersama sahabat dan orang-orang tersayang. Seorang anak yang suka tidur siang dan malam susah tidur, Suka sekali menghalu, Kalau malam hobinya overthinking. Berharap bisa menjadi orang yang tidak mudah kepikiran terhadap masalah. Suka tertawa dan punya suara seperti bebek. Meskipun cempreng, dia sangat suka Karaoke. Wiliyah juga menyukai salah satu boyband asal Korea Selatan yaitu BTS dan memiliki bias yaitu Jungkook. Kecintaannya pada Negeri Ginseng itu pula yang membuatnya ingin sekali menjelajahi Korea dan datang ke tempat syuting drama Korea. Perempuan penikmat kecap dan pencinta novel ini berharap semua impiannya akan tercapai dan membahagiakan orang sekitar.
2. Nilai Budaya
Di novel “Mung”, nilai budaya yang dapat diambil adalah Aren mempunyai pola fikir bahwa ia tidak inggin lukanya yang terlalu besar membuat orang lain ikut memikul beban tersebut.
3. Nilai Moral
Di novel “Mung” , Aren mempunyai kawan-kawan yang selalu mendukung dia di situasi apapun, mereka berusaha menguatkan Aren ketika dia lagi sedih. Seperti ketika ayah Aren meninggal dunia, irfa menguatkan Aren. Itu bentuk rasa kepedulian Irfa dengan sahabatnya Aren.
4. Nilai Sosial
Mung selalu ramah kepada siapa saja dan dapat menghibur orang lain padahal dirinya sendiri sedang inggin dihibur.
5. Nilai Religius
Tidak meninggalkan sholat.
“Ketika tadi menjadi imam, bacaan ayat suci Mung begitu merdu. Kadang, orang hanya suka melihat sisi buruk orang lain tanpa mempertimbangkan hal positif yang orang itu punya. Sama halnya seperti Mung. Dia terlihat sangat jahil, tapi dia juga punya sisi seperti ini juga. Sisi yang ia tampakkan ketika mereka salat berjemaah bertiga.” (Mung,61)
D. Kelebihan
Kelebihan dari novel “mung” ini ialah penulisan dalam novel cukup rapih, alur dalam cerita nya cukup menarik sehingga membuat kecanduan bagi para pembaca untuk melanjutkan cerita, Pengembangan konflik dari penyelesaian konflik pertama ini tidak membuat novel ini membosankan. Cerita dari novel ini juga tidak terlalu dilebih-lebihkan, dan terdapat banyak komedi yang membuat novel ini seru dan tidak membosankan.
E. Kekurangan
Kekurangan yang terdapat di novel “mung” ini ialah tulisan dinovel ini masih banyak kesalahan dalam pengetikan, pengembangan dalam konflik cerita masih kurang, penulisan bahasa dalam novel kurang baku, Dalam hal penokohanpun, karakter Mung ini tidak konsisten.
F. Kesimpulan
Novel “Mung” ini sangat direkomendasikan untuk kalian baca karena alur cerita yang menarik, dan genre romantis yang mungkin semua orang sukai, dalam cerita novel Mung dan Aren ini kita berasa ikut terbawa ceritanya yang seru. Kita dapat mengambil pembelajaran juga bahwa tidak ada kata terlambat untuk mengungkapkan rasa, dan jangan terlalu cepat dalam mengambil keputusan sebab semua penyesalan itu datang nya di akhir. Jangan langsung menyimpulkan sesuatu karena kita tidak tau apa yang akan terjadi dimasa mendatang.
Komentar
Posting Komentar